Ibnu khaldun



Ibn Khaldun (1332-1406) hidup pada masa ketika dunia Islam sedang mengalami perpecahan dalam bidang politik dan kemunduran dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa kemunduran Islam ini, banyak terjadi kekacauan historis yang sangat serius, baik dalam kehidupan politik maupun intelektual. Situasi kehidupan politik dunia Islam pada masa Ibn Khaldun dapat dikatakan tidak stabil. Instabilitas politik ini telah membuat hidupnya selalu berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya. Afrika Utara, tempat kelahiran Ibn Khaldun, pada pertengahan abad ke-14 Masehi merupakan medan pemberontakan dan kekacauan politik. Dinasti al-Muwahhidun, yang berkuasa ketika itu, telah mengalami kehancuran, dan digantikan oleh dinasti-dinasti kecil berikutnya, seperti Keamiran Bani Hafish di Tunisia, Keamiran Bani 'Abd al-Wad di Tilmisan, dan Keamiran Bani Marin di Fez (Toto Suharto, 2003: 25).
Sementara itu di Andalusia (Spanyol), pasukan Salib sedang bersiap-siap untuk menaklukkan kawan-kawasan yang berada di bawah kekuasaan Muslim. Toledo, Cordova, dan Sevilla yang merupakan pusat-pusat kebudayaan umat Islam di Andalusia telah jatuh ke tangan pasukan Kristen. Kaum Muslimin hanya mampu mempertahankan sebagian kawasan kecil di bagian Andalusia Selatan, yang meliputi kota Granada, Almeria, dan Giblar Tar. Wilayah-wilayah ini dikuasai oleh Bani Ahmar yang dipimpin oleh Muhammad Yusuf ibn Nashir (1230-1272 M) dengan Granada sebagai pusat pemerintahannya.
Adapun dalam bidang intelektual, kaum Muslimin pada abad ke empat belas masehi ini sedang mengalami stagnasi pemikiran yang memilukan. Gelombang Hellenisme yang muncul semenjak abad-abad sebelumnya telah mereda, akibat adanya pukulan Ibn Taimiyah terhadap pemikiran spekulatif dalam teologi dan filsafat. Abad ini merupakan masa yang relatif sunyi bagi dunia Intelektual Islam. Karya-karya yang muncul ketika itu pada umumnya hanya berupa syarh (penafsiran, penjelasan) atau syarh dari syarh. Oleh karena itu, masa ini ditinjau dari sejarah intelektual Islam dapat disebut sebagai 'asr al-syuruh wa al-hawasyi (masa pensarahan dan pemberian catatan pinggir). Tidak banyak karya pemikir Muslim yang lahir pada masa ini sebagai suatu usaha yang orisinal, kecuali al-Muqaddimah, karya monumental Ibn Khaldun.
Riwayat Hidup 
 
Ibn Khaldun mempunyai nama lengkap 'Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Ibrahim ibn al-Khalid ibn 'Usman ibn Hani ibn al-Kathab ibn Kuraib ibn Ma'dikarib ibn Harish ibn Wail ibn Hujr. Nenek-moyang Ibn Khaldun adalah berasal dari Hadhramaut, Yaman Selatan, dan kemudian hijrah ke wilayah Hijaz sebelum datangnya Islam. Nama Ibn Khaldun, sebutan yang populer untuk dirinya, dinisbatkan kepada nama kakeknya yang ke sembilan, yaitu al-Khalid. Khalid ibn Usman adalah nenek-moyangnya yang pertama kali memasuki Andalusia bersama para penakluk berkebangsaan Arab lainnya pada abad ke-8 M. Ia menetap di Carmona, sebuah kota kecil yang terletak antara segitiga Cordova, Sevilla, dan Granada. Kemudian keturunan Khalid di Andalusia ini dikenal dengan sebutan Banu Khaldun yang di kemudian hari melahirkan sejarawan besar 'Abdurrahman ibn Khaldun. 
Fase pertama Ibn Khaldun dihabiskan di Tunisia dalam jangka waktu 18 tahun, anara tahun 1332 sampai 1350. Pada waktu iu, ayah Ibn Khaldun adalah guru pertamanya yang telah mendidiknya secara tradisional mengajarkan dasar-dasar agama Islam. Muhammad ibn Muhammad, ayah Ibn Khaldun, adalah seorang yang berpengetahuan agama yang tinggi. Pendidikan Ibn Khaldun yang dilakukan ayahnya tidak berlangsung lama, karena ayahnya meninggal dunia pada tahun 1349. Semenjak kematian ayahnya, Ibn Khaldun mulai belajar mandiri dan bertanggung jawab. Dari sinilah Ibn Khaldun mulai hidup sebagai manusia dewasa yang tidak menggantungkan diri kepada keluarganya. 
Selain dari ayahnya, Ibn Khaldun juga mempelajari berbagai disiplin ilmu keagamaan dari para gurunya di Tunis. Ibn Khaldun menyebutkan beberapa gurunya yang berjasa dalam perkembangan intelektualnya, di antaranya Abu 'Abdillah Muhammad ibn Sa'id al-Anshari dan Abu al-'Abas Ahmad ibn Muhammad al-Batharni dalam ilmu qira'at; Abu 'Abdillah ibn al-'Arabi al-Hashayiri dan Abu al-'Abbas Ahmad ibn al-Qashar dalam ilmu gramatika Arab; Abu 'Abdillah Muhammad ibn Bahr dan Abu 'Abdillah ibn Jabir al-Wadiyasyi dalam ilmu sastra; Abu 'Abdillah ibn 'Abdillah al-Jayyani dan Abu 'Abdillah ibn 'Abd Salam dalam ilmu fiqh; Abu Muhammad ibn 'Abd Muhaimin al-Hadhrami dalam ilmu hadis; Abu al-'Abbas Ahmad al-Zawawi dalam ilmu tafsir; dan Abu 'Abdillah Muhammad ibn Ibrahim al-Abili dalam bidang 'ulum 'aqliyyah, seperti filsafat, logika, dan metafisika. 
Pada fase kedua Ibn Khaldun berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, seperti di Fez, Granada, Bougie, Biskara, dan lain-lain dalam jangka waktu 32 tahun antara tahun 1350 sampai 1382 M. Pendidikan yang diterima Ibn Khaldun, baik dari orang tuanya sendiri maupun dari para gurunya, sangat mempengaruhi perkembangan intelektualnya. Oleh karena itu, mudah dipahami mengapa Ibn Khaldun mengalami kesedihan yang mendalam ketika terjadi wabah pes yang secara epidemik telah menyerang belahan dunia bagian Timur dan Barat. Semenjak peristiwa inilah Ibn Khaldun terpaksa menghentikan belajarnya dan mengalihkan pada bidang pemerintahan. 

Sumber: Bab X PDF Ibnu khaldun

0 Response to "Ibnu khaldun"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel